Berisi Tentang Info Lowongan-Lowongan Terbaru, Tips Interview, dan Tips Melamar kerja
Download TV Software. It's safe to install

Arsip Blog

Recent Post

javascript:void(0)

Sunday, January 23, 2011

www.LowonganPNS.net

www.LowonganPNS.net


Bagaimana cara meminjam uang dari teman

Posted: 21 Jan 2011 11:42 PM PST


Kebutuhan tak terduga bisa datang kapan saja. Termasuk saat kondisi keuangan menipis, bahkan habis tak tersisa. Meminjam uang menjadi solusinya, termasuk dari teman Anda. Normal saja sih, meminjam uang dari teman. Namun, ada aturannya agar hubungan pertemanan tak jadi rusak karena masalah utang.

Yang perlu Anda persiapkan sebelum meminjam uang adalah menuliskan sejumlah hal seperti surat kesepakatan, surat perjanjian, timeline, tingkat bunga, serta penjelasan tertulis tentang kebutuhan personal Anda.



Setelah menyiapkan dokumen tertulis tersebut, jalankan tekniknya:

1. Jelaskan secara rinci alasan meminjam uang
Anda perlu menjelaskan mengapa Anda membutuhkan pinjaman uang dari teman. Tak sekadar mengatakan jumlah pinjaman dan untuk apa digunakan, tetapi juga jelaskan bagaimana uang tersebut akan digunakan. Apalagi jika jumlah pinjaman cukup besar. Penjelasan yang lebih rinci akan membuat teman Anda mempertimbangkan keinginannya untuk meminjamkan uang.

2. Sebutkan jumlah pinjaman secara spesifik
Teman Anda bukan bank yang memiliki dana cair dalam jumlah banyak. Bagaimanapun, kondisi keuangan pribadi lebih terbatas dibandingkan institusi keuangan. Jadi, sebutkan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan Anda dan jangan melebihkan. Berikan angka spesifik sesuai jumlah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan darurat Anda.

3. Membayar cicilan melebihi anggaran
Jika Anda sudah bersepakat dengan teman untuk membayar cicilan dengan anggaran tertentu, upayakan untuk membayar lebih, sehingga Anda bisa menyelesaikan utang lebih cepat dari jadwal. Cara ini melegakan bagi Anda karena bisa lebih cepat terbebas dari beban utang. Selain itu, teman Anda juga bisa segera mendapatkan kembali uangnya. Menyelesaikan cicilan lebih awal lebih aman daripada menunggak utang kepada teman.

4. Negosiasikan bunga
Hubungan pertemanan menjadi tak nyaman karena urusan pinjam-meminjam uang. Bukan lantaran pinjamannya, melainkan karena jumlah bunga yang diinginkan salah satu pihak terlalu tinggi. Buatlah kesepakatan bersama dengan melakukan negosiasi. Anda juga perlu menawarkan bunga pinjaman yang kompetitif tetapi masih terjangkau oleh keuangan Anda.

5. Carilah saksi
Setiap orang memiliki karakter yang berbeda. Bagi teman dekat yang sudah terbangun rasa saling percaya, tak sulit untuk mengeluarkan dana pinjaman. Namun, tak semua orang bisa mudah percaya. Jika merasa perlu, datangkan saksi saat Anda membuat surat perjanjian pinjaman uang, terutama jika jumlah pinjaman terbilang besar. Kontrak perjanjian perlu dibuat formal, dengan materai jika perlu. Saksi bisa pihak lain yang terpercaya atau bahkan pengacara. Kebutuhan saksi disesuaikan dengan jumlah pinjaman tentunya.

6. Berikan nilai tambah
Berikan pelayanan kepada teman yang meminjamkan Anda uang, seperti memberikan voucer diskon yang Anda miliki kepadanya. Atau, jika Anda memiliki bisnis atau produk tertentu, berikan diskon kepada teman Anda.

Bagaimana cara menginovasi keuangan keluarga

Posted: 21 Jan 2011 11:41 PM PST


Apakah Anda termasuk keluarga muda yang baru menikah, atau paling tidak memiliki satu atau dua anak yang masih kecil? Apakah istri dan suami sama-sama bekerja dan menghasilkan pendapatan bagi keluarga? Jika ya, bagaimana caranya Anda mengatur pendapatan keluarga?

Berdasarkan asa normatif dalam pengelolaan keluarga, sesungguhnya tidak ada istilah uang yang bersumber dari pendapatan suami atau istri. Ketika dua orang bersepakat membangun rumah tangga, maka penghasilan pasangan tersebut mesti disebut sebagai penghasilan keluarga.

Pada zaman modern ini, tulang punggung keluarga tidak selamanya ada di pundak suami. Banyak juga para istri yang bekerja. Selain itu, tidak sedikit para istri yang bekerja karena sudah sejak sebelum menikah memang sudah memiliki penghasilan sendiri.


Pertanyaannya kemudian, apakah kalau istri sudah sejak lama memiliki penghasilan sendiri, maka setelah menikah dan tetap bekerja, penghasilan yang diperolehnya semata-mata untuk memenuhi keperluan pribadi? Semestinya adalah tidak. Karena, pasangan suami istri pada hakikatnya memiliki tujuan keuangan yang sama, yakni terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, dan papan untuk keluarga.

Lantas bagaimana agar paradigma yang selama ini berkembang di sebagian kalangan, sebagaimana diuraikan di atas, bisa diubah? Kemuan dan kebesaran hati. Itu jawabannya. Bagaimana konkretnya?

Komitmen dan tujuan keuangan
Pertama, komitmen. Ketika Anda berumah tangga, itu berarti Anda sudah siap untuk berbagi penghasilan untuk keperluan rumah tangga Anda. Jika Anda masih menggunakan ideologi individual dalam rumah tangga Anda, itu tidak ada bedanya dengan hidup sendiri. Ujung-ujungnya akan bermuara pada masalah keuangan. Oleh karena itu, memiliki komitmen untuk berbagi merupakan fondasi dalam pengelolaan keuangan keluarga. Jika selama ini suami -istri sudah telanjur menggunakan paradigma, penghasilan merupakan hak masing-masing, maka ubahlah paradigma tersebut. Tidak ada kata terlambat.

Kedua, menentukan tujuan keuangan secara bersama. Berapa banyak aset yang ingin dimiliki? Bagaimana menyiapkan biaya anak sekolah? Dan lain sebagainya. Setiap keluarga memiliki hak untuk menentukan tujuan keuangannya masing-masing. Namun, yang menjadi kata kunci adalah bagaimana membuat prioritas dari tujuan keuangan tersebut. Siapa yang mesti mengalah dan apa yang mesti diutamakan.

Contoh sederhana adalah kebutuhan kendaraan untuk keluarga. Bisa jadi, karena ketidaksamaan pandangan akhirnya dana keluarga habis untuk membeli barang yang tidak produktif. Yang paling sering terjadi adalah soal mobil. Bisa jadi si suami ingin mobilnya berjenis sedan. Tujuannya, agar kalau ke kantor bisa lebih bergaya. Akan tetapi, sang istri ingin jenis kendaraan yang bisa memuat banyak orang karena masing ingin bepergian bersama-sama keluarga besarnya. Jika tidak ada titik temu, keluarga tersebut kemudian membeli dua mobil yang notabene tidak produktif.

Hal semacam ini bisa mengakibatkan dana untuk pembelian mobil membengkak, dan dapat mengganggu pencapaian tujuan keuangan keluarga. Oleh karena itu, dalam konteks tujuan keuangan ini, kedua pihak sejatinya mesti bersedia untuk mengalah dan mengutamakan aset yang bersifat produktif. Sementara untuk aset konsumtif sebaiknya berdasarkan fungsi dan kebutuhan dasar, bukan sekadar keinginan belaka.

Tujuan keuangan dan alokasi pendapatan
Ketiga, bagaimana cara mencapai tujuan keuangan keluarga? Setiap tujuan keuangan bisa dicapai dengan menyisihkan penghasilan ke dalam tabungan, dan setelah mencukupi, maka tabungan tersebut dipergunakan untuk memenuhi tujuan keuangan itu tadi.

Lebih modern lagi, penghasilan yang disisihkan tersebut dialokasikan tersebut disalokasikan untuk berinvestasi hingga jumlahnya terus bertambah, sampai suatu ketika jumlah tersebut bisa memenuhi tujuan keuangan keluarga, apa pun tujuan tersebut.

Akan tetapi, bagaimana jika tujuan keuangan tersebut, misalnya memiliki rumah atau apartemen ingin diperoleh saat ini? Apakah tidak bisa? Bisa, beli rumah atau apartemen dengan cara berutang. Selanjutnya, utang tersebut dicicil dan diangsur dari penghasilan bulanan suami dan istri. Intinya di sini adalah suami dan istri mesti memiliki kesepakatan, jika hendak mencapai tujuan dengan cara berutang, maka tanggung jawab ada di kedua pihak.

Konsekuensi yang lain, dari seluruh penghasilan keluarga, setiap bulannya harus disisihkan secara konsisten dana untuk mengangsur pembayaran utang. Itu berarti keinginan untuk membelanjakan dana bagi keperluan lain mesti dikurangi. Dengan kata lain, jika tidak mampu disiplin menyisihkan penghasilan untuk membayar utang kredit rumah, maka rumah itu sendiri bisa hilang dan tujuan keungan yang hendak dicapai dengan berutang akan pupus.

Keempat, mengalokasikan pendapatan suami dan istri untuk peruntukkan yang jelas, termasuk investasi dan juga pengeluaran biaya kebutuhan sehari-hari. Caranya? Penghasilan kedua pihak dimasukkan dalam sebuah rekening tabungan, dan itulah yang disebut dengan penghasilan keluarga. Lalu, dari seluruh penghasilan tersebut dipilah untuk kebutuhan sehari-hari atau konsumsi, dan juga investasi. Di sini, yang terpenting adalah keterbukaan kedua belah pihak. Setiap bulan, suami dan istri bersama-sama meninjau kondisi keuangannya. Begitu seterusnya.

Bagaimana cara memanfaatkan selera untuk menambah uang

Posted: 21 Jan 2011 11:41 PM PST


Persoalan keuangan kebanyakan orang muncul karena lebih memenangkan keinginan daripada kebutuhan. Artinya, keinginan memenuhi selera, seperti memiliki model tas atau sepatu yang menjadi kesukaan, memicu belanja lebih tinggi. Kebiasaan memenuhi selera di awal masa gajian lantas membuat uang tak bersisa. Padahal banyak kebutuhan yang harusnya dipenuhi lebih dini, cicilan hutang misalnya.
Dengan membuat prioritas pengeluaran (baca Trik Menghabiskan Gaji Tanpa Rasa Bersalah), persoalan keuangan yang umum terjadi ini bisa terselesaikan. Memang dibutuhkan konsistensi dan kedisplinan untuk mengubah kebiasaan.


Jika mampu mengubah kebiasaan, Anda akan bisa memenuhi semua selera yang tak pernah ada batasnya itu, tanpa mengorbankan kebutuhan wajib lain. Atau sebaliknya, Anda tak perlu mengorbankan keinginan memenuhi selera karena harus memenuhi semua kebutuhan prioritas.

Perencana keuangan, Ahmad Gozali, mengatakan selera yang dimiliki setiap orang bisa menjadi motivasi untuk meningkatkan penghasilan. Maksudnya, jadikan selera atau keinginan untuk menggali kembali potensi diri dan menambah penghasilan.

"Selera tidak ada batasnya, sedangkan salary ada batasnya. Dalam jangka pendek, selera harus dikalahkan dengan mengikuti batasan salary. Namun dalam jangka panjang, Anda bisa mengikuti selera, dengan mendorong potensi diri yang masih bisa dikembangkan untuk menambah penghasilan," jelas Gozali dalam workshop keuangan diadakan EXPERD
bertema "Salary VS Selera" di Barcode, Kemang, Jakarta, Sabtu (24/7/2010) lalu.

Gozali menyampaikan, sebenarnya Anda sudah bisa memenuhi selera dengan penghasilan yang ada saat ini, berapapun jumlahnya. Namun keinginan untuk memenuhi selera yang terus muncul tanpa batas bisa dipenuhi, asalkan Anda berupaya lebih giat meningkatkan kemampuan diri.

"Bisa jadi banyak potensi dalam diri yang belum digali. Jika sudah digali, akan banyak kesempatan terbuka bahkan untuk meningkatkan penghasilan. Tentu saja dengan memenuhi empat prioritas lebih dahulu, lalu sisanya masih banyak uang yang bisa dibelanjakan memenuhi
berbagai selera," kata Gozali kepada Kompas Female.

Persoalannya, apakah empat prioritas kebutuhan Anda sudah dipenuhi? Jika belum, kurangi belanja yang sifatnya konsumtif untuk memenuhi selera. Lalu mulailah merencanakan keuangan, jangka pendek (mengalahkan selera) dan jangka panjang (mengikuti selera).
"Rata-rata inflasi setiap tahunnya 7 - 9 persen, bahkan pernah mencapai 12 - 15 persen. Sedangkan gaji rata-rata naik hanya 5 persen saja. Kenaikan gaji tak bisa mengejar inflasi. Belum lagi kebutuhan yang terus berkembang, dengan bertambah dan berkembangnya anak misalnya," Gozali menjelaskan.

Selera, bisa menjadi motivasi lain untuk mengejar ketertinggalan penghasilan dari tingginya inflasi. Caranya, segera memulai perencanaan keuangan dengan menentukan prioritas sesuai kondisi finansial Anda.

No comments:

Post a Comment

Backlink Lists|Free Backlinks

Masukkan Code ini K1-D1874D-E
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net
CO.CC:Free Domain

ShoutMix chat widget

Reader Community

 
Copyright 2009 http://www.lowongankerja-bamsyul.co.cc/ | This Web is proudly powered by Blogger.com | Support by CO.CC |Template by Angga Leo Putra