Berisi Tentang Info Lowongan-Lowongan Terbaru, Tips Interview, dan Tips Melamar kerja
Download TV Software. It's safe to install

Arsip Blog

Recent Post

javascript:void(0)

Friday, January 21, 2011

www.LowonganPNS.net

www.LowonganPNS.net


Bagaimana cara meningkatkan saldo tabungan dengan perangan aspek pengeluaran

Posted: 19 Jan 2011 08:40 PM PST


Sudah merupakan hukum alam, setiap orang ingin memiliki uang banyak walau bagi sebagian kalangan tidak tahu uang tersebut mau diapakan. Namun, lepas dari itu, secara umum, orang ingin memiliki nilai tabungan yang besar. Setidaknya untuk berjaga-jaga atau menyiapkan dana untuk hari tua. Masalahnya, tidak setiap orang memiliki tabungan besar. Paling tidak, jika dibandingkan dengan penghasilan.

Singkat kata, dalam keseharian, sebagian penghasilan habis tanpa bekas. Yang mengalir ke tabungan sangat sedikit. Kenapa bisa demikian? Karena tidak ada kesungguhan untuk menyisihkan penghasilan ke dalam tabungan. Dan akhirnya, ketika dibutuhkan dana dalam jumlah besar, nilai tabungan tidak memadai.



Menabung, hakikatnya sama seperti melakukan kegiatan lain. Sama seperti keinginan untuk membeli barang-barang bermerek. Masalahnya bukan pada kemampuan, melainkan kemauan. Kalau Anda mampu mengontrol diri untuk tidak menghambur-hamburkan uang, itu sama hakikatnya dengan mengontrol diri untuk menabung lebih banyak. Sebab, pada dasarnya penurunan jumlah pengeluaran bisa berbanding lurus dengan peningkatan jumlah tabungan. Oleh karena itu, untuk memulai meningkatkan tabungan mesti diawali dengan merancang aspek pengeluaran.

Penghasilan vs pengeluaran
Pertama, hitung berapa penghasilan per bulan. Lalu hitung rencana pengeluaran per bulan. Untuk mudahnya, tulis saja rencana pengeluaran tersebut, apa pun yang tebersit di benak Anda. Lalu perkirakan berapa jumlahnya. Kemudian, jumlah rencana pengeluaran itu dibandingkan dengan penghasilan.

Bagaimana hasilnya? Masih ada dana tersisa? Berapa persen? Apakah 10 persen, 20 persen, 30 persen? Kalau 10 persen atau 20 persen, berarti ada masalah dalam pengeluaran Anda. Apalagi kalau angkanya defisit. Ini benar-benar masalah.

Bagaimana jika 30 persen? Berarti, penghasilan Anda memang cukup besar. Sebab, tanpa melakukan seleksi terhadap aspek pengeluaran, Anda hanya menghabiskan 70 persen dari penghasilan. Namun, mesti diingat, jika yang sisa 30 persen tersebut dialokasikan untuk tabungan, belum tentu angkanya akan cukup untuk menutup kebutuhan finansial Anda di masa datang.

Kenapa? Karena untuk mendapatkan sisa dana 30 persen, Anda tidak membutuhkan upaya mengurangi pengeluaran. Jadi, semuanya berjalan biasa saja. Padahal, suatu ketika mungkin Anda mengalami masalah keuangan, dalam arti penghasilan menurun, sementara di sisi lain, perilaku pengeluaran Anda masih sama. Jika ini terjadi, Anda tidak punya kemampuan lagi untuk menyisihkan 30 persen penghasilan ke dalam tabungan.

Konkretnya, sangat mungkin dana yang bisa disisihkan untuk tabungan akan semakin menurun. Oleh karena itu, dalam kaitan jumlah dana yang dialokasikan untuk tabungan, Anda mesti mematok persentase dan juga angka nominal. Misalnya, saat ini penghasilan Anda adalah Rp 10 juta. Adapun 30 persen dari Rp 10 juta adalah Rp 3 juta. Maka, sejak Anda memiliki komitmen menabung secara rutin, maka harus memenuhi kedua kriteria tersebut, yakni 30 persen penghasilan atau minimal Rp 3 juta per bulan, tergantung mana yang lebih tinggi.

Kuncinya adalah kemauan
Kedua, menyeleksi aspek pengeluaran.

Dalam realitasnya, masalah pengeluaran tidak pernah berhenti. Setiap orang merasa dana untuk membiayai pengeluaran tidak pernah cukup.

Bahasa terangnya begini. Jumlah dana yang menjadi penghasilan, hakikatnya tidak berubah kecuali naik gaji atau memperoleh penghasilan lain. Pendeknya, sulit dikontrol, karena yang menaikkan gaji, upah, honor, dan penghasilan Anda adalah pihak lain. Sementara, nafsu untuk membelanjakan uang sebenarnya ada dalam kontrol Anda.

Keinginan untuk belanja atau tidak belanja, bukan bergantung apakah ada obral besar atau tidak, tetapi pada kebutuhan atau keinginan Anda. Konkretnya, untuk menambah alokasi dana untuk menabung, akan sangat efektif jika Anda mampu mengurangi pengeluaran, dengan membatasi keinginan dan hanya memenuhi aspek kebutuhan. Dus, lakukan seleksi ulang seluruh rencana pengeluaran dan coret yang sifatnya sekadar keinginan.

Ketiga, menyisihkan dana tersisa dari pengeluaran untuk ditabung. Dari mana diperoleh dana tersisa? Jangan bohong. Kalau pergi ke restoran, atau membeli suatu barang, pasti ada kembaliannya. Misalnya, dalam rencana pengeluaran, dimasukkan rencana pembelian sepotong kemeja dengan harga Rp 300.000. Ternyata ketika dibeli, harganya hanya Rp 250.000. Hal yang sama bisa terjadi pada kegiatan belanja yang lain.

Pendeknya, dari transaksi yang dilakukan, pasti ada sisa dana. Pertanyaannya, ke mana digunakan sisa dana tersebut? Pasti untuk konsumsi remeh-temeh lainnya. Padahal, jika nilainya dijumlahkan, boleh jadi akan cukup besar. Bayangkan jika jumlah yang cukup besar itu dijadikan tabungan, maka nilai tabungan pasti akan semakin meningkat.

Selain ketiga hal di atas, upaya meningkatkan tabungan tentu saja bisa dilakukan dengan berbagai cara. Namun, kata kuncinya adalah soal kemauan. Bukan soal berapa besar dana yang bisa disisihkan untuk ditabung. Jika kemauan tersebut dipelihara dan dilaksanakan secara konsisten, maka akan terbentuk budaya menabung. Tentu saja ini akan memberi manfaat bagi Anda sendiri, tatkala suatu ketika membutuhkan dana untuk membiayai kebutuhan, termasuk di hari tua.

Bagaimana cara merencanakan kondisi keuangan di masa depan

Posted: 19 Jan 2011 08:39 PM PST


Sudah menjadi satu fenomena yang umum bahwa banyak di antara rekan-rekan kita, ataupun orang-orang di sekitar kita yang sering mengeluh bahwa kondisi keuangannya morat-marit.

Jumlah utangnya menggunung dan melebihi pendapatannya, bahkan melebihi jumlah asset yang dimilikinya. Dalam kondisi seperti ini yang biasanya menjadi kambing hitam adalah kecilnya jumlah pendapatan yang dimilikinya.

Padahal akar permasalahan yang sebenarnya bukan berada pada sisi pendapatan saja, tetapi kegagalan mengelola keuangan. Banyak di antara kita yang tidak memiliki perencanaan keuangan, bahkan tidak pernah berpikir untuk merencanakan kondisi keuangan, apalagi di masa mendatang.


Perencanaan keuangan sebenarnya merupakan aktivitas mutlak yang harus dilakukan oleh setiap orang dan inilah yang akan membedakan antara kelompok orang-orang yang selalu terjebak oleh kesulitan likuiditas dan kelompok orang-orang yang bisa menikmati hidupnya. Tulisan ini akan mencoba untuk membahas secara sederhana, bagaimana seseorang harus mulai merencanakan keuangannya.

Mendiagnosa kondisi keuangan
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam penyusunan rencana keuangan adalah mendiagnosa kondisi keuangan pribadi kita saat ini. Yang perlu diperhatikan dalam mendiagnosa kondisi keuangan adalah besarnya total pendapatan, total pengeluaran, besarnya aset dan kewajiban hutang yang kita miliki.

Secara umum jelas bahwa jumlah total pendapatan tidak boleh melebihi total pengeluaran. Bagi orang yang memiliki pendapatan tetap tiap bulan maka dengan mudah bisa diperkirakan besarnya total pendapatan dalam satu tahun, termasuk pendapatan non rutin seperti tunjangan hari raya dan bonus. Maka pengeluarannya harus diatur tidak melebihi total pendapatan rutin yang dimilikinya.

Pendapatan non rutin tidak boleh dialokasikan untuk menanggung total pengeluaran, tetapi harus dialokasikan untuk tujuan investasi atau memperkuat dana darurat. Sedangkan bagi orang yang memiliki jenis pendapatan variabel (tidak tetap) maka total pengeluarannya tidak boleh melebihi 80% rata-rata pendapatannya.
Pos berikutnya yang perlu dicermati adalah asset. Kita sering sekali keliru mendefinisikan tentang aset dalam kaitannya dengan perencanaan keuangan.

Aset sebenarnya adalah segala sesuatu yang memberikan hasil atau mendukung aktivitas produktif kita. Contoh yang sederhana adalah rumah yang kita tinggali dan kendaraan yang kita pakai bisa digolongkan ke dalam aset karena mendukung aktivitas produktif kita, sedangkan villa, stereo set, gitar akustik, tongkat golf dan kendaraan kedua yang jarang kita pakai, jelas bukan merupakan kategori aset. Tabungan dan investasi adalah salah satu ujud nyata aset yang memberikan imbal hasil.

Utang adalah hal yang jamak dilakukan dan sebenarnya bukan hal yang perlu ditakuti. Utang pada hakikatnya adalah menambah daya beli kita dengan menarik pendapatan kita di masa mendatang ke masa kini.

Yang perlu dicermati dalam hal utang adalah jenis utang dan besarnya kewajiban cicilan yang harus kita tanggung. Kredit rumah dan kendaraan produktif jelas merupakan jenis utang yang wajar dan bisa ditoleransi, tetapi utang kartu kredit adalah jenis hutang yang mutlak harus dihindari. Tingkat bunga utang kartu kredit rata-rata mencapai 35 – 48 persen per tahun dan ini jelas membebani likuditas keuangan kita.

Mengingat besarnya tingkat bunga kartu kredit, maka penggunaan kartu kredit harus diwaspadai sebatas demi kepraktisan dan kenyamanan saja dan bukan untuk meningkatkan daya beli kita dengan cara berutang.

Dalam hal mengelola utang, besarnya total kewajiban pembayaran cicilan utang kita tidak boleh melebihi 30 persen dari total pendapatan kita. Bila kita sudah terjebak pada kondisi kewajiban membayar hutang yang melebihi ambang batas tersebut, maka retrukturisasi utang mutlak harus dilakukan dengan memprioritaskan pada utang-utang yang memiliki bunga tinggi, seperti utang kartu kredit, kredit tanpa agunan dan sejenisnya.

Memiliki Dana Darurat
Langkah kedua dalam penyusunan rencana keuangan adalah memeriksa ketersediaan dana darurat yang kita miliki. Dana darurat adalah dana yang sewaktu-waktu harus tersedia bila muncul pengeluaran yang tidak terduga.

Banyak orang tidak memikirkan ketersediaan dana darurat dalam perencanaan keuangan mereka, sehingga ketika muncul pengeluaran tidak terduga maka yang sering dilakukan adalah menambah kemampuan daya beli dengan menciptakan hutang, dan biasanya jenis utangnya adalah utang dengan tingkat bunga tinggi seperti hutang kartu kredit dan kredit/pinjaman tanpa agunan.

Padahal jelas bahwa utang sebenarnya sama sekali tidak boleh dijadikan andalan untuk menutup pengeluaran tidak terduga ini. Di sinilah pentingnya ketersediaan dana darurat, sehingga kita tidak terjebak lilitan utang berbunga tinggi.

Besarnya dana darurat yang harus dimiliki dalam perencanaan keuangan bervariasi, mulai dari 5 sampai 20 kali total pengeluaran bulanan kita, tergantung dari beban yang kita tanggung. Bila kita masih single maka cukup memiliki dana darurat 5 bulan total pengeluaran, sedangkan semakin banyak anggota keluarga kita, maka semakin besar dana darurat yang harus kita siapkan.

Patokan yang sederhana adalah tiap anggota keluarga yang menjadi tanggunan kita harus memiliki dana darurat 5 bulan total pengeluaran. Sehingga bila kita sudah menikah dan memiliki 2 anak, maka total besarnya dana darurat yang kita miliki adalah 20 kali total pengeluaran bulanan kita. Dana darurat ini bukan termasuk kategori investasi, tetapi tetap dana darurat ini harus diinvestasikan agar berkembang.

Pilihan jenis investasi untuk dana darurat adalah investasi yang sifatnya likuid dan memiliki tingkat risiko investasi yang relatif kecil. Investasi pada dana darurat bukan untuk tujuan pertumbuhan tetapi lebih pada ketersediaan sewaktu-waktu dan tidak lekang oleh inflasi. Harus disadari bahwa besarnya dana darurat ini harus meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup kita.

Membuat Daftar Pengeluaran
Langkah ketiga dalam penyusunan rencana keuangan adalah membuat daftar pengeluaran. Pada tahap ini yang mutlak dilakukan adalah memeriksa jenis pengeluaran yang selama ini kita jalani.

Secara garis besar jenis pengeluaran itu bisa dibagi menjadi empat bagian, yaitu membayar kewajiban hutang, pengeluaran rutin seperti biaya rumah tangga, listrik, telepon, dan lain-lain, investasi dan pengeluaran pribadi.

Seperti sudah dijelaskan pada langkah pertama di atas, besarnya kewajiban membayar utang (cicilan) tidak boleh melebihi 30 persen dari total pendapatan kita. Dan ini harus ditempatkan pada prioritas pertama dari sisi pengeluaran.

Menunda kewajiban pembayaran utang hanya akan menimbulkan peluang terciptanya utang baru di masa depan yang memiliki tingkat bunga lebih tinggi. Prioritas kedua dalam pengeluaran adalah mengelola pengeluaran rutin.

Harus dibedakan secara jelas antara pengeluaran rutin dan pengeluaran pribadi. Pengeluaran rutin adalah jenis pengeluaran yang mutlak harus dilakukan untuk mendukung aktivitas produktif kita, tidak bisa dihemat tanpa menurunkan kualitas hidup dan tidak bisa dihindari, sedangkan pengeluaran pribadi adalah jenis pengeluaran yang harus dikorbankan bila terjadi penurunan pendapatan.

Besarnya pengeluaran rutin harus dijaga pada kisaran 50 persen dari total pendapatan kita. Bila pengeluaran rutin sudah melebihi ambang batas 60 persen dari total pendapatan kita, maka kita tidak memiliki kesempatan untuk berinvestasi.

Akibatnya kita akan kehilangan kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidup di masa yang akan datang. Jadi bila pengeluaran rutin sudah mendekati ambang batas, kita harus bekerja lebih giat lagi agar total pendapatan kita meningkat.

Investasi juga harus menjadi prioritas dalam alokasi "pengeluaran" kita. Investasi ini berguna untuk meningkatkan kualitas hidup kita di masa yang akan datang. Investasi akan menambah aset yang kita miliki dan menjadi sumber pendapatan pasif.

Budaya investasi harus mulai dilakukan sejak dini, seberapa kecilpun pendapatan kita. Besarnya alokasi "pengeluaran" untuk investasi minimal adalah 10 persen dari total pendapatan kita. Agar kondisi ini tercapai, maka alokasi investasi bukan dari sisa pendapatan kita setelah dikurangi dengan pengeluaran, tetapi memang sudah dialokasikan begitu kita menerima pendapatan.

Perlu dipahami bahwa investasi tidak sama dengan menabung, karena menabung hanya memberikan tingkat pertumbuhan asset yang relatif sangat kecil. Semakin muda usia kita semakin besar bobot (persentasi) investasi kita di instrumen-instrumen investasi yang mampu memberikan tingkat pengembalian yang tinggi untuk mendukung masa depan keuangan kita.

Harus disadari bahwa investasi yang memberikan tingkat imbal hasil tinggi selalu memiliki tingkat risiko yang tinggi dan tingkat resiko tersebut harus tetap sesuai dengan karakteristik toleransi risiko yang kita miliki. Semakin mapan kondisi ekonomi kita, maka alokasi aset dalam bentuk investasi harus semakin besar, sampai pada gilirannya kita bisa mencapai kebebasan finansial bila hasil yang kita terima dari kerja asset investasi kita sudah melebihi atau paling tidak mendekati hasil kerja produktif kita.

Pengeluaran pribadi adalah satu-satunya jenis pengeluaran yang boleh dan harus dikorbankan ketika terjadi kenaikan persentasi pengeluaran di ketiga pos pengeluaran yang lainnya. Penundaan dan pengurangan pada pos pengeluaran pribadi tidak akan mengurangi kualitas hidup kita dan tidak membahayakan kondisi keuangan kita di masa yang akan datang.

Hal ini jelas berbeda apabila kita mengurangi alokasi pengeluaran kita pada ketiga pos prioritas pengeluaran yang pertama. Salah satu cara untuk mengendalikan pengeluaran pribadi adalah dengan membuka akun khusus di bank yang digunakan untuk mendukung pengeluaran pribadi ini dan akun ini hanya berisi sisa dari pendapatan kita bulan sebelumnya setelah dikurangi dengan total pengeluaran kita di ketiga pos pengeluaran prioritas yang tidak boleh diganggu gugat.

Akun khusus inilah yang digunakan mendanai pengeluaran pribadi agar tidak menggerogoti ketiga pos pengeluaran prioritas. Dengan adanya akun khusus ini maka kita juga tidak perlu repot-repot untuk menghitung besarnya alokasi pengeluaran pribadi yang boleh dilakukan.

Setelah kita membenahi kondisi keuangan kita maka kita harus memasuki langkah keempat, yaitu merencanakan tujuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang kita. Dalam menentukan tujuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang harus jelas tergambar tujuan keuangan yang ingin dicapai dan kurun waktu untuk mencapainya.

Target tujuan tentu saja harus realistis dan disesuaikan dengan kondisi kita. Target jangka panjang kemudian dipecah-pecah menjadi target-target jangka pendek dan strategi mencapai tujuan tersebut.

Salah satu faktor yang paling menentukan keberhasilan pencapaian tujuan keuangan adalah komitmen dan ketertiban kita mematuhi strategi yang sudah ditentukan. Perencana keuangan profesional dari dunia perbankan bisa dilibatkan untuk menata tujuan keuangan kita.

Bagaimana cara memilih perencana keuangan

Posted: 19 Jan 2011 08:39 PM PST


Memiliki dan menjalankan perencanaan keuangan menjadi langkah preventif krisis finansial personal. Perencanaan keuangan dibutuhkan untuk membantu Anda mengatur, mengelola, dan mendisiplinkan diri.

Merencanakan keuangan bisa dipelajari. Anda bisa mengikuti berbagai kelas pelatihan perencanaan keuangan lalu mengaplikasikannya sendiri. Namun, jika masih merasa buta dan tak percaya diri menjalankannya mandiri, gunakan saja jasa perencana keuangan.



Tetapi, jangan asal memilih perencana keuangan. Jika saat ini Anda sudah menyusun daftar kandidat perencana keuangan, seleksi kembali lebih detil. Pastikan apakah mereka memiliki sertifikasi yang memenuhi standar. Sertifikasi bukan sekadar bukti profesionalitasnya. Dengan adanya sertifikasi, Anda bisa menakar sejauhmana level pengalaman dan keahlian perencana keuangan tersebut.

Setelah mengecek sertifikasinya, ajukan juga pertanyaan di bawah ini. Tujuannya untuk lebih mengenal perencana keuangan lebih seksama sehingga Anda tak salah pilih saat sudah memulai menjalin kerjasama dengannya.

1. Tanyakan jam terbang. Berapa lama sudah menjadi financial planner? berapa jumlah kliennya? Pertanyaan ini menunjukkan jam terbang perencana keuangan. Semakin banyak yang menggunakan jasanya, artinya ia terpercaya.

2. Tanyakan pengalaman secara rinci. Seperti apa pengalamannya? Apa saja spesifikasinya? Dengan mendapatkan informasi ini Anda bisa tahu lebih detil bagaimana perencana keuangan tersebut bisa membantu problem keuangan Anda. Setiap orang memiliki masalah yang unik dan khas, dengan memiliki perencana keuangan yang berpengalaman dengan berbagai persoalan finansial, hingga masalah spesifik, Anda lebih terbantu.

3. Tanyakan sistem pembayaran. Bagaimana sistem pembayarannya? Tentu saja hal ini mesti ditanyakan. Minta penjelasan apakah perencana keuangan menggunakan sistem fee atau komisi. Dengan begitu, Anda bisa memilih yang paling memudahkan atau sesuai dengan kemampuan Anda.

4. Tanyakan afiliasinya. Apakah perencana keuangan terafiliasi dengan bank atau institusi keuangan lainnya? Lantas apakah ia akan juga menawarkan produk tersebut? Memiliki perencana keuangan yang independen akan lebih obyektif, karena ia akan fokus pada masalah finansial Anda dan bukan sambil berjualan produknya.

5. Tanyakan durasi pertemuan. Seperti apa mekanisme pertemuannya? Apakah hanya konsultasi satu kali saja atau bertahap? Adanya kesepakatan yang jelas mengenai mekanisme pertemuan bisa membantu Anda mendapatkan perencanaan keuangan yang optimal.

6. Tanyakan cara kerjanya. Apakah perencana keuangan tersebut juga bisa dihubungi via ponsel atau hanya dengan tatap muka? Kesepakatan jelas mengenai cara kerja perencana keuangan juga penting. Agar Anda lebih nyaman berkonsultasi dengannya.

7. Tanyakan prinsip kerjanya. Apakah perencana keuangan akan menawarkan pilihan investasi atau hanya merekomendasikan saja? Pilihan kembali kepada karakter pribadi Anda dan buatlah kesepakatan dengan perencana keuangan. Jika Anda merasa perlu diarahkan, minta perencana keuangan untuk memberikan pilihan investasi sesuai analisanya. Namun, tetap cari tahu juga seperti apa karakter perencana keuangan terkait prinsip kerjanya. Pilih yang paling nyaman buat Anda.

8. Tanyakan tim kerjanya. Apakah Anda akan bertemu langsung dengannya secara personal atau didampingi tim perencana keuangan? Jangan sampai Anda kecewa, jika ternyata tak bisa bertemu dan berkonsultasi langsung dengan perencana keuangan. Mintalah penjelasanya mengenai mekanisme konsultasi, apakah selalu dengan pertemuan personal ataukah ada delegasi dengan tim perencana keuangan nantinya.

Bagaimana cara menjadikan reksadana sebagai sumber penghidupan

Posted: 19 Jan 2011 08:39 PM PST


Reksa dana merupakan wadah pengumpulan dana yang diinvestasikan kepada berbagai instrumen investasi -lebih dikenal dengan efek dan dikelola oleh manajer investasi. Artinya, reksa dana mempunyai tiga karakteristik yang tertulis.

Pertama, adanya investor ritel yang lebih dikenal dengan perorangan dan investor wholesale (investor institusi). Kedua, dana yang dikumpulkan diinvestasikan kepada efek. Investasi pada efek menyatakan adanya hasil yang diperoleh setelah melewati suatu periode. Ketiga, adanya manajer investasi yang mengelola efek tersebut. Adanya manajer investasi yang mengelola reksa dana diharapkan risikonya dapat diminimalisasi sesuai dengan kepentingan investor dan reksa dana yang bersangkutan.



Reksa dana juga mempunyai dua karakteristik yang tidak tertulis atau tersirat. Pertama, bahwa reksa dana merupakan investasi yang memiliki periode jangka menengah dan jangka panjang. Pengelolaan investasi oleh manajer investasi membuat reksa dana harus memiliki tingkat pengembalian lebih tinggi daripada instrumen efek lain sehingga portofolio harus dibuat memiliki periode panjang. Efek berperiode panjang akan mempunyai hasil yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan efek yang lebih pendek.

Kedua, reksa dana merupakan instrumen investasi yang memiliki risiko. Reksa dana memiliki risiko karena instrumen investasi yang dimilikinya mempunyai periode jangka menengah dan panjang yang melekat ketidakpastian. Manajer investasi yang mengelolanya juga bisa menimbulkan risiko. Risiko yang ditimbulkan oleh manajer investasi adalah risiko akibat moral hazard (mempunyai intensi untuk tidak mengembalikan dana tersebut). Juga oleh kesalahan pengelolaan karena kurang pengalaman serta salah melihat situasi pada masa mendatang.

Investor telah menyadari bahwa risiko yang diperoleh investor akan lebih rendah dibandingkan dengan risiko melakukan investasi langsung (bermain saham di bursa). Manajer investasi akan selalu meminimalisasi risiko investasi yang dilakukannya melalui investasi bermacam-macam instrumen investasi.

Sumber penghidupan
Sehubungan dengan tujuan investor membuat investasi pada reksa dana sebagai sumber kehidupan, maka hasil yang diperoleh dari reksa dana harus bisa memberikan tingkat pengembalian yang memenuhi dua prinsip. Pertama, prinsip adanya tingkat pengembalian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang diperoleh setiap bulannya melalui pencairan reksa dana.

Prinsip kedua, tingkat pengembalian reksa dana juga harus bisa membuat dana yang dimiliki bisa bertumbuh sehingga hasil berikutnya juga bertumbuh. Investor pasti menghadapi inflasi yang mengakibatkan daya beli menurun sehingga diperlukan pertumbuhan nilai investasi awal yang meningkatkan hasil yang diperoleh. Apabila kedua prinsip ini dapat dipenuhi, maka investor bisa melakukan investasi pada reksa dana sebagai sumber kehidupan sehari-hari.

Konsep pemahaman prinsip tingkat pengembalian yang diberikan reksa dana memberikan konsep pemikiran bahwa investor mempunyai dua periode, yaitu periode jangka panjang dan periode jangka pendek. Periode jangka panjang dilakukan untuk memenuhi keinginan atau tujuan investasi yang bisa membuat adanya dana tersebut sepanjang masa.

Periode jangka pendek membuat pemahaman investor akan dibutuhkannya dana untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Sehingga, investor harus mencari reksa dana yang bisa memenuhi kebutuhan investor. Investor harus bisa melakukan pencairan reksa dana dalam jangka pendek untuk mendapatkan tunai dalam rangka memenuhi kehidupan sehari-hari.

Jangka pendek
Tindakan selanjutnya, investor bisa mengubah pandangan dengan membuat reksa dana sebagai investasi jangka pendek. Investor harus melakukan penjualan dan beli reksa dana sehingga memenuhi tujuan investor. Transaksi tersebut persis seperti bermain saham yang menjual dan membeli saham setiap saat agar tidak kehilangan momentum yang ada.

Investor harus memilih reksa dana yang sesuai dengan tujuan investor. Pemilihan reksa dana harus dimulai dengan melihat secara keseluruhan untuk mendapatkan gambaran reksa dana yang bisa memenuhi tujuan investor. Informasi gambaran reksa dana dapat diperoleh investor dari Bapepam ataupun dari media massa, atau juga website yang memberikan informasi reksa dana.

Informasi tersebut dapat diperoleh secara gratis ataupun dengan biaya yang sesuai dengan investasi investor. Website yang dapat digunakan dan tidak bayar adalah www.finansialbisnis.com. Manajer investasi yang menjadi pengelola reksa dana harus bisa dikenal investor agar dana yang diinvestasikan investor bisa lebih aman.

Dalam melakukan investasi, investor juga harus memerhatikan size yang lebih dikenal dengan Total NAB Reksa Dana yang bersangkutan. Reksa dana yang memiliki size yang kecil akan memberikan tingkat pengembalian yang tinggi dibandingkan dengan reksa dana dengan size lebih besar. Artinya, tingkat pengembalian reksa dana mempunyai korelasi negatif dengan size reksa dana.

Pada sisi lain, investor harus bisa melakukan prediksi situasi di masa mendatang terutama berkaitan dengan investasi reksa dana. Investor harus melakukan pencairan lebih cepat karena dana tunai yang diperoleh investor mundur dua hari dibandingkan dengan investasi deposito yang tunai langsung pada hari itu juga (sesuai jatuh tempo). Investor harus menjual mendekati top value reksa dana dan membeli kembali apabila dirasakan atau diprediksi sudah pada harga rendah.

No comments:

Post a Comment

Backlink Lists|Free Backlinks

Masukkan Code ini K1-D1874D-E
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net
CO.CC:Free Domain

ShoutMix chat widget

Reader Community

 
Copyright 2009 http://www.lowongankerja-bamsyul.co.cc/ | This Web is proudly powered by Blogger.com | Support by CO.CC |Template by Angga Leo Putra